MEDIA CENTER REJANG LEBONG – Petani apel Desa Empat Suku Menanti, Sindang Dataran, Rejang Lebong, Suliadi bukan hanya sabar. Tapi juga ulet dan pantang menyerah. Betapa tidak. Satu tahun setelah 1000 batang bibit apel ditanam di lahan seluas 1 hektare tahun 2018, hampir 50 persen pohon apel mati.

‘’Matinya pohon apel berusia 1 tahun itu, bukan karena serangan penyakit atau hama. Namun, pohon apel kalah berebut nutrisi dan unsur hara tanah. Sebab, pohon apel itu saya tanam bersama tanaman kopi. Setelah batang kopi saya bongkar dan pohon apel yang mati saya ganti baru, maka, pohon apelnya bisa tumbuh subur. Akibatnya, saya mengalami kerugian yang cukup besar,’’ ungkap Suliadi.

Dikatakan, modal pengembangan kebun apel itu tergolong tinggi. Untuk biaya pengadaan 1000 bibit apel, pengadaan pupuk dan biaya pemeliharaan kebun apel hingga berbuah diusia 3 tahun itu mencapai Rp. 700 juta.

‘’Kini, dalam kondisi normal tiap batang rata rata menghasilkan buah sebanyak 30 Kg – 40 Kg dengan harga Rp 35.000 per Kg. Jadi total pendapatan per musim panen mencapai 30 Kg – 40 Kg X 1000 batang X Rp.35.000 harga per kg. Jadi cukup lumayan. Sedangkan biaya pemeliharaannya juga tinggi. Terutama biaya pengadaan pupuk. 4 jenis pupuk kita berikan setiap 3 bulan sekali. Serta biaya 8 orang pekerja,’’ jelas Suliadi.

Diakui Suliadi, pemeliharaan pohon apel memang tergolong sulit. Jika perawatannya tidak tepat, pohon apel bukan hanya akan berbuah sedikit dan buahnya akan kecil kecil. Tapi, bisa juga pohon apel tidak berbuah atau mati.

‘’Pohon apel ini bis akita atur kapan harus berbuah. Pengaturan ini bisa dilakukan melalui jadwal pemangkasan atau pemotongan ranting. Bunga apel akan muncul di ujung ranting yang dipotong. Jadi kalua rantingnya belum kita potong maka, bunga apel tidak akan muncul. Untuk itu, dari 1000 batang apel ini kita buat jadwal berbuah dalam 4 periode. Sehingga, buah apel tidak mutus,’’ kata Suliadi.

Untuk mendukung kenyamanan pengunjung, kebun apel ‘’Sunan Boonapel’’ milik Suliadi juga membangun sarana pendukung. Mulai dari kamar mandi dan WC. Hingga pondok peristirahatan di lokasi kebun. Termasuk menyiapkan lahan parkir kendaraan. Serta membangun gerbang masuk dan loket tiket pengunjung masuk kebun.

‘’Kita berharap, akhir Bulan Desember 2023 hingga tahun baru 2024 nanti, pengunjung akan membludak. Karena buah apel di kebun sudah masak. Buaha pel kita tak sempat kita jual ke pasar. Karena untuk memenuhi kebutuhan pengunjung saja kurang. Makanya, saya akan memperluas kebun apel ini. Sebab, total luas lahan kita mencapai 4 hektare. 3 hektare masih berupa kebun kopi. Rencananya, secara bertahan batang kopinya akan kita bongkar dan akan kita tanami apel. Bibitnya kita beli langsung dari Kota Malang, Jawa Timur. Sebab, kita belum bisa membuat bibit apel sendiri. Bibit apel yang kita tana mini ada 4 varietas. Yakni, varietas mana lagi, varietas Ana, varietas Wang Ling dan varietas Lahor,’’ tutup Suliadi. (rhy)

Editor : Rahman Jasin