MEDIA CENTER REJANG LEBONG – Tim Penggerak (TP) PKK Rejang Lebong menggelar pertemuan kader. Pertemuan kader ini dibuka Ketua TP PKK Rejang Lebong, Hj. Hartini Syamsul Effendi, S.Sos, MSi di Gedung Pola, 30 November – 1 Desember 2023.

‘’Pertemuan kader dilaksanakan 2 hari. Kemarin diikuti 250 peserta dan hari 246 peserta. Para peserta terdiri dari ketua PKK dan Posyandu desa/kelurahan. Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk mengevaluasi dan sinkronisasi data stunting untuk mengukur tingkat keberhasilan data terkait penanganan stunting,’’ jelas Ketua Panitia Pelaksana, Indah Tri Wahyuni Hendra, AMd.

Dikatakan, upaya penanganan percepatan penurunan stunding di Rejang Lebong terus dilakukan dengan melibatkan para pihak terkait.

‘’Misalnya kita mendirikan rumah pangan dan dapur B2SA di Desa Air Meles Bawah. Dapur umum yang didukung kader PKK desa itu mampu melayani 50 warga. Khususnya, anak stunting, ibu hamil berisiko dan ibu menyusui. Makanan sehat dan bergizi seimbang ini diberikan 3 kali dalam seminggu,’’ tutur Indah.

Untuk mendukung percepatan penurunan stunting sekaligus mengevaluasi dan sinkronisasi data stunting inilah lanjut Indah, pertemuan para kader PKK digelar.

Dikatakan, pertemuan ini menampilkan beberapa narasumber. Narasumber di hari pertama, Kamis, (30/11) adalah Ketua TP.PKK, Kadis Kesehatan, Kadis DP3APPKB, dan Kadis PMD. Hari kedua, Jum’at, (1/12) ada 3 narasumber. Yakni, Desma Heryana, SKM, MM dari Pokjanal Posyandu, Ilma Mirafiah, SPd dan Marta.

Di sesi pertama, Desma Heryana menyampaikan materi berjudul ‘’Optimalisasi dan strategi penguatan Posyandu di Rejang Lebong’’.

‘’Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari dan oleh masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Serta melayani masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Tujuannya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi dan anak,’’ kata Desma.

Sedangkan Ilma Mirafiah dari Pokja 1 PKK Rejang Lebong menyampaikan topik ‘’Pola asuh orang tua hebat. Agama pedomanku’’.

‘’Agama sebagai pendekatan untuk mencegah kenakalan remaja. Ada 3 elemen yang dapat mencegah kenakalan remaja. Pertama orang tua, sekolah dan organisasi masyarakat Islam dan masjid. Melalui tokoh dan pemuka agama Islam anak bisa belajar agama secara terstruktur. Di Masjid remaja bisa belajar sejarah dan seni Islam,’’ ujar Ilma.

Ilma juga menguraikan bentuk kenakalan remaja. Pertama kenakalan remaja yang menimbulkan korban fisik pada diri sendiri dan orang lain. Seperti perkelahian, penganiayaan, pembunuhan. Termasuk tawuran dan pergaulan bebas.

‘’Sedangkan kenakalan remaja yang mengakibatkan munculnya korban materi berupa perusakan, pencopetan dan pemerasan. Kenakalan yang merugikan diri sendiri dan orang lain seperti penyalahgunaan narkoba, memakai, menjual, dan memasuki jaringan narkoba. Serta penyimpangan seksual,’’ jelas Ilma.

Untuk itu para orang tua harus mampu menerapkan pola asuh yang tepat bagi anak-anak. Khususnya anak remaja usia 13 – 18 tahun. Anak remaja biasanya masih sangat labil dan masih melakukan pencarian jati diri.

‘’Tegakan disiplin pada anak dan jangan memberikan kebebasan penuh kepada anak. Lakukan pengontrolan dengan baik dan luwes. Beri kesempatan anak untuk berfikir secara mandiri,’’ paparnya.

Usai narasumber menyampaikan materi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. (rhy)

Editor : Rahman Jasin