MEDIA CENTER REJANG LEBONG – Desa Empat Suku Menanti Kecamatan Sindang dataran, Rejang Lebong siap merebut juara Lomba Desa Wisata Provinsi Bengkulu tahun 2023. Soalnya, desa ini memiliki beragam objek wisata. Mulai dari destinasi wisata alam berupa air terjun Punai dan pemandian air panas. Objek wisata agro berupa kebun jeruk gerga, kebun apel dan peternakan kambing. Serta wisata budaya, kuliner dan wisata religi.

‘’Seluruh perangkat, lembaga desa dan masyarakat desa sudah bahu membahu mendukung program pengembangan desa wisata. Kita punya paket wisata komplit. Makanya kami berharap dukungan seluruh pihak agar desa kami terpilih menjadi juara,’’ ungkap Kades Empat Suku Menanti, Jumari saat menerima kunjungan Tim Media Center Dinas Kominfo Rejang Lebong, Rabu, (1/11).

Dikatakan, luas Desa Empat Suku Menanti terdiri dari 4 suku mencapai 1.193 hektare dihuni 2.832 jiwa yang tergabung dalam 920 KK yang tinggal di 6 dusun. Penduduk Empat Suku Menanti terdiri dari Suku Lembak, Jawa, Rejang, dan Kikim.

Untuk melihat ‘’paket komplit’’ wisata itu, Jumhari bersama Camat Sindang Dataran, Anton Seprizal, SSTP mengajak tim Media Center yang dipimpin, Kabid IKP Diskominfo, Yeyen Apriliani, SE untuk mengunjungi beberapa destinasi wisata unggulan desa. Seperti agro wisata kebun apel ‘’Sunan Boonapel’’ milik Suliadi, kebun jeruk ‘’Cahaya Gerga Akbar’’ milik Tarmono. Usaha UMKM berupa salah satu pengolahan kopi bubuk ‘’Rodaba’’ milik Syaiful Ansori. Serta peternakan kambing dan pengolahan pupuk kompos berbahan baku kotoran kambing yang dikelola Sumanto dari Komunitas Embek ‘’Pendekar Ngarit’’.

Setibanya di kebun apel ‘’Sunan Boonapel’’, pohon apel tampak berbuah lebat. Tapi buahnya masih kecil kecil. ‘’Bulan Desember nanti buah apelnya mulai matang. Di lahan seluas 1 hektare ini, kita tanam 1000 batang apel dengan 4 varietas. Seperti, varietas mana lagi, varietas Ana, varietas Wang Lin dan varietas Lahor. Buah apel varietas Ana yang berwarna merah dan buahnya besar. Sedangkan ketiga varietas lainnya berwarna hijau,’’ jelas Suliadi.

Wisatawan yang ingin masuk kebun akan dikenai tiket masuk Rp 15.000 per orang. Pengunjung akan diperkenankan memetic buah apel di pohon dengan dipandu pekerja kebun. Apel yang dipetik pengunjung akan ditimbang. Apel yang dipetik akan dihargai Rp 35.000 per Kg.

Untuk membangun kebun apel ini, Suliadi mengaku telah menanamkan modal sebesar Rp.700.000.000. Pembangunan kebun apel itu dimulai tahun 2018. ‘’Tahun 2019 kebun apel saya sempat gagal panen. Karena belum berpengalaman. Sehingga, pohon apel saya tanam bercampur dengan tanaman kopi. Hampir 50 persen pohon apel saya mati. Setelah seluruh batang kopi saya bongkar dan pohon apel yang mati saya tanami lagi, baru pertumbuhannya normal. Hingga kini, pohon apel kami terus berbuah lebat,’’ tutur Suliadi.

Sedangkan di kebun jeruk ‘’Cahaya Gerga Akbar’’ terlihat 300 pohon jeruk yang ditanam di lahan seluas 1 hektare milik Tarmono itu sedang berbuah lebat. Selain mengembangkan jeruk gerga, Tarmono juga menanam tanaman usia muda berupa tomat dan bawang daun sebagai tambahan penghasilan. Pengunjug yang masuk dikenai tiket masuk Rp.15.000 per orang. Buah jeruk yang dipetik pengunjung akan kita timbang dan kita hargai Rp 15.000 per Kg. Jumlah pengunjung terbanyak pada hari libur dan hari hari besar. Dalam 1 musim panen kitab isa menghasilan jeruk segar sebanyak 10 ton,’’ papar Tarmono sambil menyebutkan tengah membuat kebun baru untuk jeruk gerga dan jeruk BW yang lahan baru seluas 2 hektare. Kini, bibit jeruknya baru berumur 2 bulan.

Di Desa Empat Suku Menanti ada 12 pengelola kopi bubuk. Salah satunya adala usaha rumahan yang dikelola Syaiful Ansori dengan merek Kopi Rodaba. ‘’Produk kopi kita ada 2 kategori. Yakni, asalan Rp.40.000 per Kg dan kualitas premium Rp.60.000 per Kg. Selain itu, kita juga membuat the kulit kopi yang disebut Caracas. Kopi dan caracas ini kita pasarkan hingga ke kota kota tetangga,’’ tukas Syaiful.

Di rumah Sumanto, tim melihat budidaya kambing PE dan pembuatan pupuk kompok dari kotoran kambing. ‘’Di desa ini ada 800 KK yang memelihara kambing. Diperkirakan populasi kambing di desa kami ini lebih dari 5000 ekor. Setiap bulan kita menggelar kontes kambing. Yang dinilai cukup beragam. Mulai dari Kesehatan kambing dan bobot kambing. Harga indukan kambing kita mencapai Rp.2,8 juta – Rp 3 juta. Sedangkan kambing lanang dewasa rata rata seharga Rp 3,5 juta – Rp 4 juta,’’ ujar Sumanto.

Sedangkan pupuk kompos dijual seharga Rp 400.000 per karung. Pupuk kompos ini juga dipasarkan hingga ke luar daerah.

Sementara Camat Sindang Dataran, Anton Seprizal, SSTP, optimis Desa Empat Suku Menanti bisa mengukir prestasi dalam Lomba Desa Wisata yang dilaksanakan Dinas Pariwisata Provinsi Bengkulu 2023.

‘’Saat ini Desa Empat Suku Menanti masuk dalam 10 besar. Kita berharap, desa ini bisa menjadi juara. Kita dari kecamatan terus berusaha memberikan dukungan terhadap pengelolaan potensi wisata desa. Termasuk membina pengembangan UMKM yang dikelola warga desa,’’ demikian Anton Seprizal mengakhiri. (rhy)

Editor : Rahman Jasin