MEDIA CENTER REJANG LEBONG – Bupati diwakili Staf Ahli, Syahfawi, SKM, MKM, membuka focus group discussion (FGD) yang mengedepankan tema ‘’Arah Pembangunan SDM dan SDA di Provinsi Bengkulu. FGD digelar di Hotel Golden Rich Curup, pukul 08.00 WIB – 17.30 WIB, Senin, (27/11).

FGD menampilkan 9 narasumber. Diantaranya, Almidianto, SE, MT dan Rahmi Wati, SE, MSi dari Bappeda Prov Bengkulu. Trisna Anggraini, SIp, MM dari Kadin Bengkulu. Ditambah, Nirwan Sukandi, MPd dari Dinas Dikbud dan Dewi Murni dari Disnaker dan Yusmaini dari BKD Prov Bengkulu. Termasuk, Budi Afrianto dari Bappeda Rejang Lebong.

‘’Kita harapkan, saran, kritik dan rekomendasi FGD ini dapat disampaikan kepada pemerintah daerah. Karena kritik dari dunia Pendidikan merupakan kritik objektif tanpa ada muata lain. Jadi, kritik itu pasti disampaikan untuk kemajuan daerah,’’ ungkap Syahfawi.

Dikatakan, potensi sumber daya alam (SDA) Rejang Lebong sangat beragam. Namun, ada 2 potensi yang memungkinkan untuk dikembangkan. Yakni, potensi pariwisata dan pertanian.

‘’Dulu Rejang Lebong terkenal sebagai lumpung padi dan lumbung ikan. Namun, saat ini kedua potensi itu belum tergarap maksimal. Misalnya, 10-15 tahun lalu, wilayah Rejang Lebong dibagi menjadi beberapa centra pertanian. Centra palawija berada di wilayah Selupu Rejang, Bermani Ulu dan Bermani Ulu Raya menjadi centra ternak dan kedelai. Sayangnya, saat ini kita sulit menemukan kedelai di wilayah Bermani Ulu dan Bermani Ulu Raya. Kondisi inilah yang perlu mendapat perhatian kita semua. Jika akademisi, pemerintah daerah dan masyarakat bersinergi tentunya akan menjadi sebuah kekuatan besar di sektor pertanian,’’ tuturnya.

Sebelumnya, Ketua Panitia Pelaksana FGD, Nining Suningsih, SPt, MSi, menjelaskan bahwa FGD ini merupakan awal dari 4 tahap FGD yang akan digelar Akrel. ‘’Program ini merupakan penguatan ekosistem kemitraan untuk pengembangan inovasi berbasis potensi daerah. FGD tahap II berupa penyelarasan data SDM. Tahap III pelatihan sussiner matching dan tahap IV FGD police brief,’’ jelas Nining Suningsih.

Sementara Direktur Akrel, Ir.Joko Sutopo Sugeng Hartono, MPA mengungkapkan FGD ini dilaksanakan konsorsium pendidikan tinggi vokasi Lampung dan Bengkulu. Yakni, Poltek Lampung Bersama Akademi Komunitas Negeri Rejang Lebong dan Poltek Rafflesia.

‘’Penerima manfat program 4 tahap FGD ini adalah, Kemendikbud, Riset dan Teknologi, lembaga incubator daerah, pemerintah daerah. Serta satuan pendidikan vokasi. Dunia usaha dan industry serta masyarakat dan komunitas,’’ ujarnya.

Sehingga, Pendidikan dapat mengambil kebijakan terkait kurikulum, program studi berbasis daerah. Dan penelitian yang dilakukan perguruan tinggi dapat disesuaikan dengan arah trend yang berkembang. ‘’Dari FGD ini muncul trend bahawa arah pengembangan pertanian berbasis pariwisata. Maka, seluruhnya akan difokuskan pada trend itu,’’ tuturnya.

Sebelum diskusi sesi I, Almidianto, mengupas tentang beberapa potensi SDA Bengkulu. Mulai dari potensi air, batubara, panas bumi, pertanian dan perikanan. Sedangkan indeks pembangunan manusia 72,16 persen di tahun 2022 dan tingkat pengangguran mencapai 3,42 persen.

‘’Lima prioritas program pembangunan daerah. Yakni, percepatan pengentasan kemiskinan, pengembangan infrastruktur, penguatan ketahanan transformasi ekonomi. Inovasi dan tata Kelola pemerintah. Plus, natural Bengkulu,’’ jelasnya.

Sedangkan Rahmi Wati mengedepankan materi berjudul ‘‘Isu dan tren kelitbangan, riset dan inovasi daerah Provinsi Bengkulu’’. ‘’Ada 4 pilar pembangunan Indonesia hingga 2045. Yakni, adopsi dan penerapan Iptek, kemandirian dan kemampuan Iptek, Kerjasama perguruan tinggi, pemerintah dan swasta. Serta pengembangan dana inovasi,’’ kata Rahmi Wati.

Trisna Anggraini dari Kadin Bengkulu menyuguhkan topik ‘’Supplay dan demand lulusan vokasi dengan dunia usaha dan dunia industry Provinsi Bengkulu’’.

‘’Dunia usaha perlu didampingi praktisi, akademisi. Sebab, dilapangan masih membahas masalah teknis dan bukan masalah marketing mencari pengguna atau user. Strategi meningkatkan keterhubungan antara lulusan vokasi dengan dunia usaha/industry salah satunya dengan penerapan 25 materi teori dan 75 persen praktik di lapangan,’’ tukas Trisna.

Diskusi sesi I dipandu moderator , Nuraini, SPt, MPt. Sedangkan sesi II dipandu, Subhan Hamka, SPd, MSi dan sesi II dipandu, Nurfitri Sari, SP, MSi. (rhy)

Editor : Rahman Jasin