MEDIA CENTER REJANG LEBONG — Dalam rangka mendukung peningkatan mutu dan daya saing kopi lokal, Gubernur Bengkulu H. Helmi Hasan, SE melalui Pokja Kopi Bumi Merah Putih menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelolaan Kopi Pasca Panen secara baik dan benar di ruang Pola Pemkab Rejang Lebong, Rabu (28/5/2025).

Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Bupati Rejang Lebong HM Fikri Thobari, SE, MAP, Wakil Bupati Dr. H. Hendri Praja, SSTP, M.Si, serta Ketua Pokja Kopi Bumi Merah Putih Safnizar, S.Hut, MP, dan diikuti lebih dari 100 petani dan pelaku usaha kopi. Bimtek menghadirkan Prof. Eggy Mahardika sebagai narasumber utama.

“Bimtek ini penting untuk memberikan pemahaman kepada petani tentang cara menanam, merawat, memanen, hingga mengolah biji kopi pasca panen. Karena kualitas dan harga jual kopi sangat ditentukan oleh pengelolaan yang tepat,” jelas Gubernur.

Bibit Kopi Standar Internasional untuk 86.000 Hektare
Gubernur mengungkapkan bahwa Pemerintah Provinsi Bengkulu tengah menyiapkan pengembangan bibit kopi berstandar internasional di lahan seluas 86.000 hektare, termasuk di Kabupaten Rejang Lebong. Pada tahap awal, program ini akan direalisasikan di 36.000 hektare lahan.

“Petani akan dibimbing mulai dari teknik menanam hingga pengelolaan pasca panen. Target kita adalah kopi Bengkulu bisa bersaing di pasar internasional,” tegas Gubernur.

Selain itu, Pemprov juga berencana memproduksi produk turunan kopi, seperti sabun kopi, yang saat ini sedang dalam tahap persiapan.

Aktivasi BUMD dan Pembangunan Infrastruktur
Untuk mendukung pemasaran hasil panen petani, Pemprov Bengkulu akan mengaktifkan dua BUMD strategis, yaitu Bimex dan Bengkulu Mandiri, sebagai penampung dan distributor hasil kopi petani. Infrastruktur pendukung juga akan diperkuat, termasuk optimalisasi Pelabuhan Pulau Baai dan perbaikan jalan provinsi.

“Tahun ini, kami siapkan Rp 600 miliar dari APBD Provinsi untuk pembangunan jalan provinsi. Sebelumnya hanya Rp 25–30 miliar,” terang Helmi Hasan.

Bengkulu Sentra Potensial Kopi Nasional
Menurut Ketua Pokja Kopi Bumi Merah Putih Safnizar, S.Hut, MP, Bengkulu merupakan salah satu daerah penghasil kopi potensial nasional, dengan produksi mencapai 90.000 ton per tahun dari 80.000 hektare lahan budidaya, yang tersebar di 8 kabupaten. Sekitar 70% lahan berada di kawasan hutan, sisanya di luar kawasan hutan.

Namun demikian, Safnizar juga menyebutkan sejumlah tantangan, di antaranya:

Lemahnya kelembagaan dan SDM perhutanan sosial

Kurangnya diversifikasi produk dan sertifikasi ekspor

Belum optimalnya branding dan efisiensi produksi

Terbatasnya infrastruktur dan distribusi

“Saat ini kami menargetkan pendampingan untuk 47 kelompok tani, dengan 32 kelompok sudah terealisasi. Kami juga tengah menyiapkan kontrak sewa pabrik di Desa Taba Pasma, Bengkulu Tengah, serta revitalisasi BUMD,” terang Safnizar.

Komitmen Pemkab Rejang Lebong
Bupati HM Fikri Thobari menyambut baik program ini dan berharap hasil Bimtek dapat mendongkrak harga jual kopi petani, dari saat ini Rp 65.000–70.000/kg menjadi Rp 70.000–80.000/kg.

“Kebun kopi di Rejang Lebong sangat luas dan potensial. Terima kasih kepada Pak Gubernur atas perhatian dan dukungan penuh terhadap petani kami,” ujar Bupati.

Bupati juga menyampaikan bahwa Pemkab telah menjalin MoU dengan BKSDA terkait legalitas kebun kopi masyarakat yang berada di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

“Sebanyak 500 KK di 5 kecamatan kini mendapat kejelasan hukum. Ini akan membuat mereka lebih tenang dalam menggarap kebun,” tambahnya.

Optimalkan Produksi dengan Teknologi
Narasumber Bimtek, Prof. Eggy Mahardika, mendorong petani untuk menerapkan teknik modern agar mampu meningkatkan produksi.

“Produksi kopi robusta Vietnam bisa mencapai 30–47 kg per batang, sementara kita baru di kisaran 5–7 kg per batang. Ini bisa kita kejar dengan bibit unggul dan teknik pasca panen yang tepat,” ungkap Eggy.

Rangkaian kegiatan ini menjadi langkah konkret sinergi antara pemerintah provinsi, kabupaten, dan petani dalam memperkuat posisi kopi Bengkulu di pasar nasional dan internasional. Diharapkan, dengan bimbingan, inovasi, dan dukungan infrastruktur, kopi Rejang Lebong akan menjadi komoditas unggulan yang mampu mengangkat kesejahteraan petani.(rahman)