MEDIA CENTER REJANG LEBONG – Menyambut Hari Keluarga Nasional (Harganas) yang diperingati setiap 29 Juni, Konsorsium Perempuan Sumatera Mampu (Permampu) melalui Cahaya Perempuan Women’s Crisis Centre (WCC) Bengkulu menggelar diskusi kritis bertema “Membangun Empati Intergenerasi di Keluarga”, Kamis (26/6/2025), bertempat di Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong.
Kegiatan yang berlangsung secara daring ini dilaksanakan serentak di delapan provinsi di Pulau Sumatera, yaitu Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jambi, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Utara, dan Aceh. Untuk wilayah Provinsi Bengkulu, diskusi diikuti oleh tiga kabupaten, yakni Seluma, Kepahiang, dan Rejang Lebong.
Peserta dari Kabupaten Rejang Lebong terdiri atas perwakilan sejumlah OPD seperti Dinas Komunikasi dan Informatika, Dinas Sosial, serta DP3APPKB. Selain itu hadir pula komunitas Gaharu, HKSR, pengurus dan anggota Credit Union (CU), penyandang disabilitas, perempuan lansia, pengurus Forum Komunikasi Partisipasi Anak Rejang Lebong (FKPAR), jaringan NGO, dan insan media dari Curup Ekspress.
Diskusi dibuka oleh Program Manager Permampu, Virlian Nurkristi, yang menyampaikan bahwa peringatan Harganas menjadi momen penting untuk merefleksikan kembali peran keluarga sebagai institusi dasar dalam kehidupan masyarakat.
“Permampu mengembangkan gerakan keluarga pembaharu yang fokus pada pencegahan dan penanganan perkawinan usia di bawah 19 tahun,” ujar Virli.
Ia menambahkan bahwa gerakan keluarga pembaharu bertujuan membangun relasi yang setara dan saling menghargai dalam keluarga, serta menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak sebagai pelaku perubahan sosial.
“Saat ini, Permampu telah mengidentifikasi 97 calon keluarga pembaharu dari 25 kabupaten di delapan provinsi. Harapannya, perubahan tidak hanya terjadi pada nilai, tetapi juga pada praktik kehidupan sehari-hari,” tuturnya.
Kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Direktur Ashoka, Nani Zulminami, yang juga merupakan penggagas Gerakan Keluarga Pembaharu (Gahar). Ia menyoroti pentingnya empati dan komunikasi antar generasi dalam membentuk keluarga sebagai ekosistem yang setara dan inklusif.
“Masalah utama dalam keluarga adalah ketimpangan komunikasi antar anggota yang berbeda kapasitas, gender, maupun status. Ideologi patriarki yang kuat di masyarakat turut memperlebar kesenjangan ini,” kata Nani.
Ia menekankan, komunikasi yang tidak dilandasi empati antar generasi menjadi penghambat utama dalam mewujudkan keluarga sebagai ruang aman dan pembaharu nilai-nilai sosial.
Diskusi kemudian dilanjutkan dengan sesi interaktif yang membahas tantangan komunikasi dalam keluarga serta pentingnya menciptakan ruang dialog yang terbuka, menyenangkan, dan setara antar generasi.(Vani)