MEDIA CENTER REJANG LEBONG – Legenda situs purbakala ‘’batu dewa’’ dan ‘’batu bejemur’’ di Desa Batu Dewa, Curup Utara menarik disimak. Karena legenda itu berkisah tentang 7 bidadari yang turun mandi di batu dewa ditiap malam bulan purnama.

Batu dewa itu terdiri dari 3 buah batu. Dua batu berbentuk lempengan ada lubang kecil seperti lubang permainan congklak. Satu batu berukuran lebih kecil lebih mirip batu cobek dengan cekungan yang cukup dalam.

‘’Konon ceritanya, setiap malam bulan purnama ada 7 bidadari yang turun dari khayangan untuk mandi di batu dewa yang berada di pinggir sungai. Sehabis mandi bidadari-bidadari itu menggiling bahan bedak di batu. Sehingga, batu-batu itu berlubang. Pagi harinya, ketujuh bidadari itu mengeringkan tubuh sambil berjemur di batu besar yang jaraknya sekitar 300 meter dari batu dewa. Makanya batu itu disebut batu bejemur,’’ ungkap Kades Batu Dewa, Putra Jaya kepada Media Center usai pelaksanaan ‘’kedurei agung’’, Jum’at, (22/12).

Legenda 7 bidadari mandi dan berjemur dibawah matahari pagi itu tetap lestari di kalangan masyarakat desa. Bahkan, kedua situs purbakala itu masih dipercayai memiliki kekuatan magis. Sehingga, masyarakat atau pengunjung yang ingin berziarah diimbau untuk membawa sesaji.

Prosesi ziarah itu tergambar ketika Bupati Rejang Lebong, Drs. H. Syamsul Effendi, MM dan rombongan melakukan ziarah ke batu dewa dan batu bejemur.

Ketika menuju kedua situs itu, bupati dikawal ‘’hulubalang’’ lengkap dengan payung kebesaran. Serta dibaris depan beberapa gadis belia berkebaya dan mengenakan kerudung kepala melangkah pelan. Gadis paling depan membawa dupa. Sedangkan beberapa gadis lainnya membawa nampan berisi sesaji.

Di batu bejemur, sesaji diletakkan bupati dan istri. Sedangkan di batu dewa, sesaji diletakan di lubang-lubang batu dewa yang dilakukan secara bergantian satu per satu.

Gadis terakhir membawa nampan berisi beras yang dicampur irisan daun pandan. Beras itu ditaburkan Ketua BMA Rejang Lebong, Ir. Muhammad Faizar. Bahkan, bupati ikut menebarkan beras itu ke seluruh penjuru situs.

‘’Kita sudah membebaskan lahan situs ini berukuran 23 X 29 meter. Lalu, lokasinya kita pagar dan jalan menuju ke situs itu kita bangun. Sehingga para pengunjung dapat merasa nyaman ketika melakukan ziarah. Situs purbakala ini merupakan salah satu objek wisata sejarah yang menjadi objek wisata unggulan desa kita,’’ demikian Kades mengakhiri. (rhy)

Editor : Rahman Jasin