MEDIA CENTER REJANG LEBONG
Editor : Rahman Jasin

Setelah 30 tahun ‘’mati suri’’ Sanggar Tari Keromong 12 Sindang Margo Desa Tanjung Sanai I, Padang Ulak Tanding kembali menggeliat. Sanggar yang dinakhodai Supiah, SPd.I terus bergerak menggali dan melestarikan seni tari tradisi suku lembak.

Salah satu tari tradisi yang digarap sanggar ini adalah ‘’Tari Senjang’’ yang dipentas di panggung Festival Durian II, Senin, (20/1).

‘’Tari Senjang’’ merupakan penggabungan unsur tari, sastra lisan dan music tradisi. Tari ini didukung 5 gadis belia yang mengenakan busana adat lengkap. Mereka adalah Novita, Fika Lorensa Kina, Kina, Abel dan Helva. Sedangkan music ilustrasi didukung biola (Puput), akordion (Rio), gong (aca), gendang (Usup). Serta keromong 12 (Hasanah). Sedangkan Supiah sekaligus koreografer bertindak sebagai pelantun lirik pantun.

‘’Saat ini, sanggar kita terus melakukan latihan beberapa tari tradisi. Seperti Tari Senjang dan Tari Layang-layang Mandi. Kita juga terus merekrut kalangan remaja putra-putri sebagai anggota. Sehingga, seni tradisi warisan leluhur ini tetap lestari dan dicintai kaum muda,’’ tutur Supiah.
Dikatakan, sebagai sanggar tari yang baru ‘’bangun tidur’’ Sanggar Keromong 12 Sindang Margo tentu memiliki beragam keterbatasan. Khususnya keterbatasan sarana dan prasarana penunjang kreativitas.

‘’Kita belum memiliki perlengkapan seperti busana tari, aksesoris pendukung. Termasuk, peralatan music pengiring tari. Untuk sementara ini, kita masih menyewa seluruh perlengkapan itu. Termasuk, peralatan musiknya,’’ ujar Supiah.

Untuk itu, Supiah berharap, dukungan dan bantuan pihak-pihak terkait. Agar Sanggar Keromong 12 tetap mampu menjadi pioneer dalam pelestarian seni tradisi lembak.

‘’Musik dan gerak tari yang kita tampilkan merupakan gerak asli yang diwariskan turun temurun. Saya tidak berani melakukan perubahan gerak. Sebab, kita ingin menjaga kemurniannya. Tapi, tidak menutup kemungkinan juga kita akan melakukan perubahan dengan mengangkat akar tradisinya. Sehingga tercipta tari kreasi baru yang menggunakan idiom local,’’ demikian Supiah. (rahman)