MEDIA CENTER REJANG LEBONG-Empat teater melaju ke babak final lomba teater HUT Curup ke-144. Lomba digelar di ruang pola, pukul 10.00 WIB, Kamis, (23/5).
Keempat teater itu adalah, Teater Elfaren SMAN1 menampilkan cerita ‘’Malam Jahanam,’’ karya Motinggo Boesje yang disadur secara bebas, Adhyra Irianto. Teater Lavoratik SMAN1 dengan cerita ‘’ Nenek Tercinta’’ karya Arifin C Noer juga diadaptasikan dengam idiom Rejang. Teater IAIN Curup mengangkat legenda ‘’Muning Raib’’ yang ditulis Dona Aperiyansa. Serta Teater Lutisa yang menyuguhkan cerita ‘’Muning Raib’’ yang ditulis Tria Patrisya selaku sutradara.
Lomba teater ini diikuti 6 peserta. 4 teater melaju ke final. 2 teater lainnya belum beruntung. Kedua teater itu adalah, Teater Sactrazor SMAN1 dan Teater Putek SMKN1.
Penampilan para peserta lomba ini dinilai 3 dewan juri. Yakni, Rahman Jasin, Adhira Irianto dan Iman Kurniawan.
‘’Keempat finalis ini akan mengikuti babak final yang dilaksanakan di panggung utama Festival budaya dan bazaar UMKM di Lapangan Dwi Tunggal, pukul 19.00 WIB, Minggu, (26/5),’’ jelas Adhira Irianto selaku dewan juri.
Dikatakan, dewan juri bukan hanya memilih juara I, II dan III. Tapi juga harapan I, II dan III. Ditambah, pemeran pria terbaik, pemeran wanita terbaik, sutradara terbaik dan penata artistik terbaik.
‘’Secara umum, penampilan para peserta cukup bagus. Beberapa pemeran pria dan wanita tampak mampu menghayati peran. Misalnya pemeran Icut dalam cerita ‘Malam Jahanam’ terlihat konsisten mempertahankan karakter peran. Begitu juga pemeran nenek dalam cerita ‘Nenek Tercinta’ yang terlihat total dalam mengekspresikan peran. Pemeran Emak dalam ‘Muning Raib’ juga tak kalah dalam memberi ruh peran yang dimainkan. Termasuk ide, gagasan dan konsep penyutradaraan cerita yang disuguhkan para peserta juga cukup kreatif. Misalnya IAIN menampilkan cerita ‘Muning Raib’ dengan mengangkat akar tradisi Rejang. Namun, Teater Lutisa justru mengemas ‘Muning Raib’ dengan balutan kekinian. Kisah ‘Muning Raib’ justru dibuat adegan mundur atau flashback. Ide-ide kreatif inilah yang menambah warna warni pertunjukan teaternya,’’ tutur Rahman Jasin yang dibenarkan 2 juri lainnya, Adhira Irianto dan Iman Kurniawan.
Memang lanjut Rahman Jasin, tidak sedikit kelemahan elemen dasar yang terlihat dari tiap penampilan peserta. Mulai dari warna dan penaga vocal, penghayatan peran, tempo yang terkesan lamban. Atau penguasaan emosi yang belum terkendali. Hingga, lupa dialog. Termasuk penggunaan properti yang kurang sinkron dengan alur cerita.
Ketika membuka lomba, Kadis Dikbud, Drs. Noprianto, MM mengaku siap memfasilitasi pengembangan teater di Rejang Lebong. ‘’Jika memang memungkinkan nanti Dikbud yang akan memfasilitasi pertunjukan teaternya. Tapi kita lihat dulu bagaimana materi yang akan ditampilkan para peserta lomba,’’ ujarnya.
Diakui Noprianto, intensitas pertunjukan teater di Rejang Lebong mampu mengimbangi pentas teater di Kota Bengkulu.
‘’Sejak periode tahun 1990-an, pentas teater di Rejang Lebong sudah ramai. Ada beberapa SMA yang memiliki aktivitas teater. Mulai dari Teater Petas SMAN 1, Teater Serang SMAN Selupu Rejang dan Teater SMAN4. Ditambah beberapa teater di luar sekolah. Seperti Teater Gong, Teater Patriot, Teater Tiang Bambu dan Teater Senyawa. Masing-masing teater memiliki warna garapan sendiri. Ada yang komedi, ada konvensional dan realis. Ada juga yang non konvensional. Dan lomba ini dilaksanakan untuk menjaga dan menggalakkan semangat kaum muda untuk tetap berkreativitas diatas panggung teater,’’ demikian Noprianto. (rhy)
Editor : Rahman Jasin